Perasaan Tokoh Bidin dalam Cerpen Menunggu Kematian Karya Enggar Jiwanto
Psikologi Sastra Davidoff
Oleh : Ayu Setiyorini
A. KAJIAN
TEORI
1.
Psikologi Sastra
Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik tentang macam-macam gejala, proses
maupun latar belakangnya (Ahmadi, 1998:1). Psikologi dan sastra merupakan dua
ilmu yang berbeda, tetapi saling berhubungan satu sama lain. Psikologi adalah
ilmu jiwa yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan
sastra erat hubungannya dengan dunia fiksi.
Oleh karena itu, psikologi dan sastra saling berhubungan dengan adanya kesamaan yaitu mempelajari perilaku manusia dan kehidupan sebagai sumber penelitian.
Oleh karena itu, psikologi dan sastra saling berhubungan dengan adanya kesamaan yaitu mempelajari perilaku manusia dan kehidupan sebagai sumber penelitian.
2.
Macam-macam perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau
peristiwa kejiwaan yang dialami individu dengan rasa senang atau tidak senang dalam hubungan
dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif (Ahmadi, 1998:101).
a. Perasaan
jasmani
Perasaan ini sering disebut
perasaan jasmani atau perasaan biologis. Perasaan biologis ini antara lain:
1) perasaan
yang berhubungan dengan penglihatan;
2) perasaan
yang berhubungan dengan rasa sakit, letih, pusing dan sebagainya;
3) perasaan
yang berhubungan dengan instink, makan, lapar, dan sebagainya.
b. Perasaan
kejiwaan
1) Perasaan
ketuhanan
Perasaan ini menyertai kepercayaan
kepada tuhan yang mempunyai sifat-sifat serba sempurna.
2) Perasaan
kesusilaan
Perasaan kesusilaan adalah perasaan
yang berhubungan dengan penghayatan kita terhadap hal-hal yang baik dan buruk atau yang benar dan yang
salah.
3) Perasaan
sosial
Perasaan ini timbul dalam hubungan
dengan orang lain.
4) Perasaan
keindahan
Perasaan keindahan adalah perasaan
yang timbul ketika seseorang menanggapi sesuatu yang indah atau yang jelek.
5) Perasaan
harga diri
Perasaan harga diri adalah perasaan
yang ada pada seseorang tentang harga dirinya sendiri.
6) Perasaan
intelektual
Perasaan intelektual adalah
perasaan yang timbul bila orang dapat memecahkan suatu soal atau hal-hal baru sebagai
hasil kerja sebagai intelektualnya.
3.
Bentuk-bentuk emosi
Davidoff
(1991:49) mengatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang
memperlihatkan ciri-ciri kognisi tertentu, penginderaan, reaksi fisiologis dan
pelampiasan dalam perilaku.
Davidoff (1991: 61-89) membagi bentuk-bentuk emosi
menjadi tiga bagian yaitu kecemasan,
amarah dan agresi serta kegembiraan.
a. Kecemasan
Kecemasan sebagai emosi yang
ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga
ketegangan dan stress yang menghadang karena sistem saraf simpatetik.
b. Amarah
dan agresi
Amarah sebagai suatu emosi yang
mempunyai ciri-ciri aktivitas sistem saraf simpatetik yang tinggi dan adanya
perasaan tidak suka yang amat kuat yang
disebabkan adanya kesalahan, sedangkan agresi adalah setiap tindakan makhluk
yang ditunjukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya.
c. Kegembiraan
Kegembiraan pada manusia memiliki
sirkuit-sirkuit dalam otak yang berhubungan dengan kesenangan dan sirkuit
tersebut terletak dihampir seluruh permukaan daerah otak.
B. PEMBAHASAN
1. Perasaan
Jasmani yang terdapat dalam cerpen Menunggu
Kematian karya Enggar Jiwanto adalah sebagai berikut.
a. Perasaan
yang berhubungan dengan penglihatan
Perasaan yang
berhubungan dengan penglihatan dalam cerpen Menunggu
Kematian karya Enggar Jiwanto terdapat pada kedua kutipan di bawah ini.
“Warga desa percaya, jika ada
burung gagak mengitari rumah seseorang, pasti kematiannya sudah dekat. Burung
itu dipercaya mampu mencium bau bangkai empat
puluh hari menjelang kematian.”
“Kang, kemarin ada gagak yang mengitari rumah. Siapa yang mau seda?” Tanya istri Pongo dengan raut
wajah cemas.
Kedua kutipan di
atas menjelaskan bahwa perasaan warga yang takut ketika melihat burung gagak
mengitari rumah seseorang. Saat itu warga melihat burung gagak tersebut sedang
mengitari rumah Bidin, sehingga warga beranggapan bahwa sebentar lagi Bidin
akan meninggal.
b. perasaan
yang berhubungan dengan rasa sakit, letih, pusing dan sebagainya
Perasaan yang
berhubungan dengan rasa sakit, letih, pusing dan sebagainya dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto
terdapat pada kedua kutipan di bawah
ini.
“Daripada ia harus menunggu terlalu
lama dan pikirannya semakin kacau. Ia sudah tidak tahan dengan semua ini.
Pikirannya, jika cepat mati, cepat tenang.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Bidin sudah lelah
dalam menanti kematiannya. Pikirannya selalu kacau ketika memikirkan tentang
kematian yang ditunggunya tak kunjung tiba. Ia sudah tidak tahan jika teringat
burung gagak yang beberapa waktu lalu mengitari rumahnya yang menandakan
dirinya akan segera meninggal.
c. perasaan
yang berhubungan dengan instink, makan, lapar, dan sebagainya
Perasaan yang
berhubungan dengan instink, makan, lapar, dan sebagainya
dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto terdapat pada kedua kutipan di bawah ini.
“Yah, memang aku merasa kematianmu
sudah semakin dekat, bau tubuhmu kini aneh Din, langu, tak jelas. Seperti bau mayat.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Pongo mempunya
instink bahwa Bidin akan segera
meninggal karena bau tubuh Bidin sudah seperti bau mayat, sehingga Pongo
semakin yakin bahwa Bidin akan segera meninggal.
2. Perasaan
kejiwaan yang terdapat dalam cerpen Menunggu
Kematian karya Enggar Jiwanto adalah sebagai berikut.
a. Perasaan
ketuhanan
Perasaan ini
menyertai kepercayaan kepada tuhan yang mempunyai sifat-sifat serba sempurna. Dalam
cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto perasaan ketuhanan tampak
pada kutipan di bawah ini.
“Ini adalah malam terakhirku hidup,
Gusti, aku mohon jika malaikatMu
datang dan mencabut nyawaku, hilangkan rasa sakit saat nyawaku mencapai
tenggorokan. Kalau bisa tanpa sadar aku sudah mati.”
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa tokoh memohon ampun dan meminta perlindungan kepada Allah karena
menganggap malam itu adalah malam terakhirnya. Perasaan tokoh yang mengingat
Allah dikarenakan dirinya merasa takut untuk menghadapi kematian.
b. Perasaan
kesusilaan
Perasaan
kesusilaan adalah perasaan yang berhubungan dengan penghayatan kita terhadap
hal-hal yang baik dan buruk atau yang benar dan yang salah. Dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto perasaan kesusilaan
tampak pada kutipan di bawah ini.
“Aku merasa harus membawa jam ini, kang, seperti katamu tempo hari, bahwa
kematianku sudah dekat.”
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa akibat Bidin terlalu takut dengan kematiannya, Bidin selalu
membawa jam dindingnya kemana-mana. Seakan-akan jam itulah yang akan membawanya
pada kematian.
c. Perasaan
sosial
Perasaan ini
timbul dalam hubungan dengan orang lain. Dalam cerpen Menunggu Kematian karya
Enggar Jiwanto perasaan sosial tampak pada kutipan di bawah ini.
“ Kang, jika saya mati, saya ikhlas rumah saya buat njenengan.”kata Bidin yang suaranya kini
semakin parau dan pasrah. “Tolong, kuburkan saya dekat dengan istri” terusnya
lagi.
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa hubungan Bidin dengan Pongo sudah cukup dekat, sehingga
ketika dirinya merasa akan meninggal dunia, Bidin meminta kepada pongo agar
ketika dirinya meninggal, ia ingin di makamkan dekat dengan makam isterinya.
d. Perasaan
keindahan
Perasaan
keindahan adalah perasaan yang timbul ketika seseorang menanggapi sesuatu yang
indah atau yang jelek. Dalam cerpen Menunggu
Kematian karya Enggar Jiwanto
perasaan keindahan tampak pada kedua kutipan di bawah ini.
“Ia masih menikmati langit sore
yang menguning seperti padi-padi milik tuannya yang siap panen. Perasaannya
menuntut ia tetap tinggal dalam gubuk, menikmati pergantian waktu. Meski
sebenarnya mata bidin nyalang kearah
pintu karena sedang memikirkan antah berantah.”
“sambil menunggu padi-padi yang
siap panen, ia nikmati detak jantungnya pada jam yang bergambar pemandangan
alam. Sebuah sungai yang airnya mengalir, juga rimbun pohon dikiri kanannya.”
Kedua
kutipan di atas menjelaskan bahwa suasana hati Bidin terasa tenang jika melihat
keindahan-keindahan alam di sekitarnya. Dengan menikmati keindahan-keindahan
tersebut sejenak Bidin lupa akan perasaan takut yang selama ini dirasakannya.
3. Bentuk-bentuk
emosi yang terdapat dalam cerpen Menunggu
Kematian karya Enggar Jiwanto adalah sebagai berikut.
a. Kecemasan
Kecemasan
sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan,
termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang karena sistem saraf
simpatetik. Dalam cerpen Menunggu
Kematian karya Enggar Jiwanto
kecemasan tokoh tampak pada ketiga kutipan
di bawah ini.
“Aku merasa kematian makin dekat!”Bisiknya
pasrah pada bayangan yang nyembul dari
kaca jam.”
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa tokoh Bidin merasa cemas akan kematian yang akan dialaminya,
sehingga dirinya menjadi tegang dan stess memikirkan tentang kematian tersebut.
“Jam dinding kali ini bukan saja
sebagai pengingat waktu, tapi sebagai nyawa yang musti ia bawa saban waktu.”
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa tokoh Bidin merasa cemas ketika mengetahui dirinya akan
segera meninggal, sehingga ia selalu membawa jam dinding kemanapun ia akan
pergi karena jam tersebut seperti nyawa yang akan membawanya pada kematian.
“Sudah tiga puluh sembilan hari
sejak burung gagak itu mengitari rumah Bidin. Kini pikirannya semakin kacau.
Tidak tenang. Raut wajah Bidin semakin
kusut. Sebab setiap hari ia selalu dihantui oleh kematiannya sendiri.”
Kutipan di atas
menjelaskan bahwa setiap hari dirinya dihantui oleh kematiannya sendiri, setiap
hari dirinya merasa cemas ketika memikirkan burung gagak yang pernah mengitari
rumahnya tiga puluh sembilan hari lalu.
b. Amarah
dan Agresi
Amarah sebagai
suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri aktivitas sistem saraf simpatetik yang
tinggi dan adanya perasaan tidak suka
yang amat kuat yang disebabkan adanya kesalahan, sedangkan agresi adalah setiap
tindakan makhluk yang ditunjukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya.
Dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto perasaan marah tampak
pada beberapa kutipan di bawah ini.
“Gaber......” ia menggerutu. Marah pada dirinya sendiri. Sebab
hatinya tidak bisa di ajak untuk berdamai. Ia lebih percaya dengan omongan
pongo dan kepercayaannya warga soal burung gagak itu.”
“Kali ini Bidin marah karena ia
ingin cepat mati daripada gila dihantui kematiannya sendiri, sedangkan ia tidak
mati-mati.”
“Kenapa Kau tak juga utus
malaikatMu untuk menjemputku sekarang, aku sudah tidak tahan dengan terorMu!” Teriak
Bidin di tengah pematang.
“Kedua tangannya mengepal.
Diacungkannya ke langit. Seperti menantang Tuhan agar segera mengutus Izroil
datang.
Keempat kutipan
di atas menjelaskan perasaan marah yang dialami oleh Bidin, ia marah kepada
Tuhan karena kematian yang ditunggunya tak kunjung datang, padahal burung gagak
yang mengitari rumahnya sudah menjadi
tanda bahwa dirinya akan segera meninggal. Ia ingin Tuhan mengirim malaikat
Izroil untuk mencabut nyawanya.
C.
KESIMPULAN
Dalam
cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto terdapat macam-macam
perasaan yaitu 2 perasaan yang yang berhubungan dengan penglihatan, 1 perasaan
yang berhubungan dengan rasa sakit, letih dan pusing, 1 perasaan yang
berhubungan dengan instink, makan dan lapar, 1 perasaan ketuhanan, 1 perasaan
kesusilaan, 1 perasaan sosial, 2 perasaan keindahan. Selain itu, dalam cerpen
ini terdapat emosi tokoh yaitu 3 kecemasan dan 4 kemarahan. Dapat disimpulkan
bahwa cerpen Menunggu Kematian karya
Enggar Jiwanto bisa diteliti dengan Psikologi sastra karena di dalam cerpen
tersebut terdapat perasaan dan emosi tokoh.
0 komentar:
Posting Komentar