Selasa, 16 Desember 2014

ESAI "PERASAAN TOKOH"



Perasaan Tokoh Bidin dalam Cerpen Menunggu Kematian Karya Enggar Jiwanto
Psikologi Sastra Davidoff
A.    KAJIAN TEORI
1.      Psikologi Sastra
Psikologi  adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik tentang macam-macam gejala, proses maupun latar belakangnya (Ahmadi, 1998:1). Psikologi dan sastra merupakan dua ilmu yang berbeda, tetapi saling berhubungan satu sama lain. Psikologi adalah ilmu jiwa yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan sastra erat hubungannya dengan dunia fiksi.
Oleh karena itu, psikologi dan sastra saling berhubungan dengan adanya kesamaan yaitu mempelajari perilaku manusia dan kehidupan sebagai sumber penelitian.
2.      Macam-macam perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang dialami individu dengan  rasa senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif (Ahmadi, 1998:101).
a.       Perasaan jasmani
Perasaan ini sering disebut perasaan jasmani atau perasaan biologis. Perasaan biologis ini antara lain:
1)      perasaan yang berhubungan dengan penglihatan;
2)      perasaan yang berhubungan dengan rasa sakit, letih, pusing dan sebagainya;
3)      perasaan yang berhubungan dengan instink, makan, lapar, dan sebagainya.
b.      Perasaan kejiwaan
1)      Perasaan ketuhanan
Perasaan ini menyertai kepercayaan kepada tuhan yang mempunyai sifat-sifat serba sempurna.
2)      Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusilaan adalah perasaan yang berhubungan dengan penghayatan kita terhadap hal-hal  yang baik dan buruk atau yang benar dan yang salah.

3)      Perasaan sosial
Perasaan ini timbul dalam hubungan dengan orang lain.
4)      Perasaan keindahan
Perasaan keindahan adalah perasaan yang timbul ketika seseorang menanggapi sesuatu yang indah atau yang jelek.
5)      Perasaan harga diri
Perasaan harga diri adalah perasaan yang ada pada seseorang tentang harga dirinya sendiri.
6)      Perasaan intelektual
Perasaan intelektual adalah perasaan yang timbul bila orang dapat memecahkan suatu soal atau hal-hal baru sebagai hasil kerja sebagai intelektualnya.
3.      Bentuk-bentuk emosi
Davidoff (1991:49) mengatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang memperlihatkan ciri-ciri kognisi tertentu, penginderaan, reaksi fisiologis dan pelampiasan dalam perilaku.
Davidoff  (1991: 61-89) membagi bentuk-bentuk emosi menjadi tiga bagian  yaitu kecemasan, amarah dan agresi serta kegembiraan.
a.       Kecemasan
Kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang karena sistem saraf simpatetik.
b.      Amarah dan agresi
Amarah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri aktivitas sistem saraf simpatetik yang tinggi dan adanya perasaan  tidak suka yang amat kuat yang disebabkan adanya kesalahan, sedangkan agresi adalah setiap tindakan makhluk yang ditunjukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya.
c.       Kegembiraan
Kegembiraan pada manusia memiliki sirkuit-sirkuit dalam otak yang berhubungan dengan kesenangan dan sirkuit tersebut terletak dihampir seluruh permukaan daerah otak.



B.  PEMBAHASAN
1.      Perasaan Jasmani yang terdapat dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto adalah sebagai berikut.
a.       Perasaan yang berhubungan dengan penglihatan
Perasaan yang berhubungan dengan penglihatan dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto terdapat pada kedua  kutipan di bawah ini.
“Warga desa percaya, jika ada burung gagak mengitari rumah seseorang, pasti kematiannya sudah dekat. Burung itu dipercaya  mampu mencium bau bangkai empat puluh hari menjelang kematian.”

Kang, kemarin ada gagak yang mengitari rumah. Siapa yang mau seda?” Tanya istri Pongo dengan raut wajah cemas.
Kedua kutipan di atas menjelaskan bahwa perasaan warga yang takut ketika melihat burung gagak mengitari rumah seseorang. Saat itu warga melihat burung gagak tersebut sedang mengitari rumah Bidin, sehingga warga beranggapan bahwa sebentar lagi Bidin akan meninggal.
b.      perasaan yang berhubungan dengan rasa sakit, letih, pusing dan sebagainya
Perasaan yang berhubungan dengan rasa sakit, letih, pusing dan sebagainya dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto terdapat pada kedua  kutipan di bawah ini.
“Daripada ia harus menunggu terlalu lama dan pikirannya semakin kacau. Ia sudah tidak tahan dengan semua ini. Pikirannya, jika cepat mati, cepat tenang.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Bidin sudah lelah dalam menanti kematiannya. Pikirannya selalu kacau ketika memikirkan tentang kematian yang ditunggunya tak kunjung tiba. Ia sudah tidak tahan jika teringat burung gagak yang beberapa waktu lalu mengitari rumahnya yang menandakan dirinya akan segera meninggal.



c.       perasaan yang berhubungan dengan instink, makan, lapar, dan sebagainya
Perasaan yang berhubungan dengan instink, makan, lapar, dan sebagainya
dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto terdapat pada kedua  kutipan di bawah ini.
“Yah, memang aku merasa kematianmu sudah semakin dekat, bau tubuhmu kini aneh Din, langu, tak jelas. Seperti bau mayat.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Pongo mempunya instink bahwa  Bidin  akan segera  meninggal karena bau tubuh Bidin sudah seperti bau mayat, sehingga Pongo semakin yakin bahwa Bidin akan segera meninggal.
2.      Perasaan kejiwaan yang terdapat dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto adalah sebagai berikut.
a.       Perasaan ketuhanan
Perasaan ini menyertai kepercayaan kepada tuhan yang mempunyai sifat-sifat serba sempurna. Dalam cerpen Menunggu Kematian  karya Enggar Jiwanto perasaan ketuhanan tampak pada kutipan di bawah ini.
“Ini adalah malam terakhirku hidup, Gusti, aku mohon jika malaikatMu datang dan mencabut nyawaku, hilangkan rasa sakit saat nyawaku mencapai tenggorokan. Kalau bisa tanpa sadar aku sudah mati.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh memohon ampun dan meminta perlindungan kepada Allah karena menganggap malam itu adalah malam terakhirnya. Perasaan tokoh yang mengingat Allah dikarenakan dirinya merasa takut untuk menghadapi kematian.
b.      Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusilaan adalah perasaan yang berhubungan dengan penghayatan kita terhadap hal-hal yang baik dan buruk atau yang benar dan yang salah. Dalam cerpen Menunggu Kematian  karya Enggar Jiwanto perasaan kesusilaan tampak pada kutipan di bawah ini.
“Aku merasa harus membawa jam ini, kang, seperti katamu tempo hari, bahwa kematianku sudah dekat.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa akibat Bidin terlalu takut dengan kematiannya, Bidin selalu membawa jam dindingnya kemana-mana. Seakan-akan jam itulah yang akan membawanya pada kematian.
c.       Perasaan sosial
Perasaan ini timbul dalam hubungan dengan orang lain. Dalam cerpen Menunggu Kematian  karya Enggar Jiwanto perasaan sosial tampak pada kutipan di bawah ini.
Kang, jika saya mati, saya ikhlas rumah saya buat njenengan.”kata Bidin yang suaranya kini semakin parau dan pasrah. “Tolong, kuburkan saya dekat dengan istri” terusnya lagi.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa hubungan Bidin dengan Pongo sudah cukup dekat, sehingga ketika dirinya merasa akan meninggal dunia, Bidin meminta kepada pongo agar ketika dirinya meninggal, ia ingin di makamkan  dekat dengan makam isterinya.
d.      Perasaan keindahan
Perasaan keindahan adalah perasaan yang timbul ketika seseorang menanggapi sesuatu yang indah atau yang jelek. Dalam cerpen Menunggu Kematian  karya Enggar Jiwanto perasaan keindahan tampak pada kedua kutipan di bawah ini.

“Ia masih menikmati langit sore yang menguning seperti padi-padi milik tuannya yang siap panen. Perasaannya menuntut ia tetap tinggal dalam gubuk, menikmati pergantian waktu. Meski sebenarnya mata bidin  nyalang kearah pintu karena sedang memikirkan antah berantah.”

“sambil menunggu padi-padi yang siap panen, ia nikmati detak jantungnya pada jam yang bergambar pemandangan alam. Sebuah sungai yang airnya mengalir, juga rimbun pohon dikiri kanannya.”
     Kedua kutipan di atas menjelaskan bahwa suasana hati Bidin terasa tenang jika melihat keindahan-keindahan alam di sekitarnya. Dengan menikmati keindahan-keindahan tersebut sejenak Bidin lupa akan perasaan takut yang selama ini dirasakannya.


3.      Bentuk-bentuk emosi yang terdapat dalam cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto adalah sebagai berikut.
a.       Kecemasan
Kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang karena sistem saraf simpatetik. Dalam cerpen Menunggu Kematian  karya Enggar Jiwanto kecemasan tokoh tampak pada  ketiga kutipan di bawah ini.

“Aku merasa kematian makin dekat!”Bisiknya pasrah pada bayangan  yang nyembul dari kaca jam.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Bidin merasa cemas akan kematian yang akan dialaminya, sehingga dirinya menjadi tegang dan stess memikirkan tentang kematian tersebut.
“Jam dinding kali ini bukan saja sebagai pengingat waktu, tapi sebagai nyawa yang musti ia bawa saban waktu.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Bidin merasa cemas ketika mengetahui dirinya akan segera meninggal, sehingga ia selalu membawa jam dinding kemanapun ia akan pergi karena jam tersebut seperti nyawa yang akan membawanya pada kematian.  
“Sudah tiga puluh sembilan hari sejak burung gagak itu mengitari rumah Bidin. Kini pikirannya semakin kacau. Tidak tenang.  Raut wajah Bidin semakin kusut. Sebab setiap hari ia selalu dihantui oleh kematiannya sendiri.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa setiap hari dirinya dihantui oleh kematiannya sendiri, setiap hari dirinya merasa cemas ketika memikirkan burung gagak yang pernah mengitari rumahnya tiga puluh sembilan hari lalu. 
b.      Amarah dan Agresi
Amarah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri aktivitas sistem saraf simpatetik yang tinggi dan adanya perasaan  tidak suka yang amat kuat yang disebabkan adanya kesalahan, sedangkan agresi adalah setiap tindakan makhluk yang ditunjukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya. Dalam cerpen Menunggu Kematian  karya Enggar Jiwanto perasaan marah tampak pada beberapa kutipan di bawah ini.
Gaber......” ia menggerutu. Marah pada dirinya sendiri. Sebab hatinya tidak bisa di ajak untuk berdamai. Ia lebih percaya dengan omongan pongo dan kepercayaannya warga soal burung gagak itu.”

“Kali ini Bidin marah karena ia ingin cepat mati daripada gila dihantui kematiannya sendiri, sedangkan ia tidak mati-mati.”

“Kenapa Kau tak juga utus malaikatMu untuk menjemputku sekarang, aku sudah tidak tahan dengan terorMu!” Teriak Bidin di tengah pematang.

“Kedua tangannya mengepal. Diacungkannya ke langit. Seperti menantang Tuhan agar segera mengutus Izroil datang.
Keempat kutipan di atas menjelaskan perasaan marah yang dialami oleh Bidin, ia marah kepada Tuhan karena kematian yang ditunggunya tak kunjung datang, padahal burung gagak yang mengitari rumahnya sudah  menjadi tanda bahwa dirinya akan segera meninggal. Ia ingin Tuhan mengirim malaikat Izroil untuk mencabut nyawanya.

C.     KESIMPULAN
Dalam cerpen Menunggu Kematian  karya Enggar Jiwanto terdapat macam-macam perasaan yaitu 2 perasaan yang yang berhubungan dengan penglihatan, 1 perasaan yang berhubungan dengan rasa sakit, letih dan pusing, 1 perasaan yang berhubungan dengan instink, makan dan lapar, 1 perasaan ketuhanan, 1 perasaan kesusilaan, 1 perasaan sosial, 2 perasaan keindahan. Selain itu, dalam cerpen ini terdapat emosi tokoh yaitu 3 kecemasan dan 4 kemarahan. Dapat disimpulkan bahwa cerpen Menunggu Kematian karya Enggar Jiwanto bisa diteliti dengan Psikologi sastra karena di dalam cerpen tersebut terdapat perasaan dan emosi tokoh.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar