Sabtu, 31 Mei 2014

ESAI "TELAAH PUISI MALAM KELABU KARYA ADENG"

Secara pribadi menurut saya pengertian puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyair yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna. Pembuat puisi atau penyair tidak sembarangan dalam membuat karyanya tersebut. Puisi yang dibuat oleh para penyair biasanya terkesan indah. Namun mereka juga membuat puisi dengan gaya bahasa yang susah dimengerti.
Walaupun susah dipahami tapi ada arti puisi yang tersimpan didalamnya
. Lagipula membuat puisi itu harus bebas walaupun hasilnya bagus atau jelek menurut orang lain. Sebuah puisi menjadi indah karena terdapat majas ( gaya bahasa ) didalam rangkaian puisi tersebut. Puisi biasanya mengandung makna konotasi didamnya. Dalam memibuat suatu puisi maka kita harus mengetahui unsur - unsur puisi yang sangat penting.

Perhatikan puisi MALAM KELABUkarya Adeng berikut ini, apakah menggunakan unsure bahasa yang baik dan apakah berutan antara baik satu dengan baik seterusnya?

MALAM KELABU
Kopi hitam di suguhkan: “Untuk apa di hidangkan?
Manis pahit ku kira sama seperti Dia.
Hidangan senjamu tak mempan,
Sudah lah!
Tete bengek apa lagi?

Kini maupun esok
Malam akan meninggalkanku
Saat hujan melubangi kenangan dirumah.
Laron-laron terdengar berkata pada sebuah lilin,
Yang membujuk kematian
Yogyakarta, 15 mei 2014
Jejak Imaji
Pembahasan
Dengan kaca mata saya sebagai pembaca, puisi ini tidak menawarkan apa-apa. Karena saya tidak mampu menerka apa yang dimaksudkan penyair bagi pembaca. Dan pemilihan gaya bahasa yang digunakannya kurang tetap dan kurang akurat serta penyair meloncat-loncat dari satu bait kebait berikutnya. Penyair belum menyelesaikan dalam satu bait sederhana itu dengan detil. Misalnya dari “kopi hitam” meloncat ke “senja”. Seharusnya dari kopi hitam diselesaikan terlebih dahulu, apa yang ingin disampaikan lewat diksi tersebut. Jika dari hal yang sederhana sudah dipecahkan baru melanjutkan ke bait selanjutnya.
Sepengetahuan saya puisi jika dimulai dari satu objek maka bait seterusnya harus sesuai dengan objek pertama yang dibahas. Misalnya, jika dimulai dari kopi, hal selanjutnya adalah hal apa yang menyangkut dengan kopi. Contoh, hal yang menyangkut dengan kopi. Aroma, rasa, warna, kepulan asap, kedai kopi dan lain sebagainya. Maka jika tidak diperhatiakan dalam peloncatan dari satu bait ke bait lainya puisi bisa dikatakan puisi yang amburadul. Tetapi itu semua tergantung kepada penyairnya, apakah penyair itu pandai melompat sepertai kanguru dengan cermat dan tepat saat memilih pijakannya atau hanya melompat karena kebingungan pegangan bahasa atau sekedar bermain lompat-lompatan yang menjadikan kejebak dalam kubangan lumpur bahasa itu sendiri.
***
Bait pertama “Kopi hitam di suguhkan: “Untuk apa di hidangkan?” Pada bait ini penyair berada pada suatu tempat dan di tempat itu juga aku lirik kebingungan, akan apa yang harus dilakukan. Karena aku lirik merasakan manis dan tidak juga pahit dalam suatu forum, seperti pada bait “Manis pahit ku kira sama seperti Dia”. Aku lirik pada bait ini hanya memberikan gambaran saja dan belum selesai di bahas (menurut saya). Tetapi aku lirik meloncat jauh dari apa yang dibicarakan pertama, seperti “kopi ke senja”. “Hidangan senjamu tak mempan”.
Aku lirik sudah mengatakan, “Sudahlah!”  Kata sudah di dalam KBBI artinya “telah jadi, telah sedia, selesai” Bisa dikatakan penyair telah sedia atau menerima apa yang dialaminya. Tapi tiba-tiba penyair/aku lirik bertanya pada dirinya sendiri “Tete bengek apa lagi?”. Tete bengek (bermacam-macam persoalan).
Di bait ke dua “Kini maupun esok/ Malam akan meninggalkanku” Aku lirik atau penyair merenung dalam kebinguannya. Karena kebingungan tidak mampu menerima paham baru yang selama ini belum dipelajari secara mendalam. Dan aku lirik mengisaratkan dirinya sebagai “laron”. Laron adalah hewan (anai-anai yang bersayap). Laron hewan yang suka mengintari cahaya, tapi dia/laron tidak memedulikan bahaya baut yang setiap saat dapat merenggut dirinya mati. Jadi aku lirik bisa dikatakan siap menerima hujatan dari orang-orang yang pandai paham itu dan aku lirik mati gaya akan kurangnya pengetahuan akan paham tersebut.
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai puisi MALAM KELABU  karya Adeng.
Semoga Bermanfaat
***
Share:

0 komentar:

Posting Komentar