Selasa, 16 Desember 2014

ESAI "PUISI YANG MENCARI JALAN SUFI"



PUISI YANG MENCARI JALAN SUFI


Sudah banyak puisi-puisi sufistik ditulis oleh para penyair. Puisi sufikstik sebagaimana menurut Abdul Hadi WM adalah upaya untuk membuat pembaca memasuki wilayah puitik untuk merasakan suasana spiritual yang dialami oleh sang penyair. Lantas, apakah boleh jika puisi yang akan kita bahas kali ini dapat dikategorikan sebagai puisi sufistik?
Dalam sejarahnya, puisi sufi banyak diperkenalkan oleh para penyair Arab dan Persia sebagai salah satu cara melestarikan nilai-nilai keagamaan atau ajaran-ajaran dalam kitab suci mereka. Para penyair sufi berupaya menulis dengan nilai-nilai luhur
Share:

ESAI "INTERTEKSTUALITAS DAN EKSISTENSI"



INTERTEKSTUALITAS DAN EKSISTENSI

Ada dua hal mengapa karya sastra perlu dikritik (Endraswara, 2013: 3), 1) agar karya sastra yang dihasilkan pengarang semakin meningkat bobotnya, ada perubahan di waktu-waktu yang akan datang, 2) agar karya sastra yang dihasilkan tidak menyimpang dari hal-hal yang membahayakan eksistensi pengarang. Kritik tidak hanya terbatas pada pertimbangan baik-buruknya sebuah karya, tetapi ada aktivitas lain yang penting
Share:

CATATAN CACAT LOGIKA



Catatan Cacat Logika
A.    Kepenulisan
1.      Pengacuan langsung kepada orang atau nama orang dalam kalimat langsung harus menggunakan huruf kapital. (Gampangnya, kalau yang diajak berbicara ada di depan kita, maka menggunakan huruf kapital. Namun jika yang dibicarakan tidak berada dalam satu tempat, maka menggunakan huruf kecil).
Contoh: “Eh, Pak! Kemarin paman menitip pesan.”
Share:

ESAI "PERASAAN TOKOH"



Perasaan Tokoh Bidin dalam Cerpen Menunggu Kematian Karya Enggar Jiwanto
Psikologi Sastra Davidoff
A.    KAJIAN TEORI
1.      Psikologi Sastra
Psikologi  adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik tentang macam-macam gejala, proses maupun latar belakangnya (Ahmadi, 1998:1). Psikologi dan sastra merupakan dua ilmu yang berbeda, tetapi saling berhubungan satu sama lain. Psikologi adalah ilmu jiwa yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan sastra erat hubungannya dengan dunia fiksi.
Share:

ESAI "TRANSFORMASI SENI SASTRA"



TRANSFORMASI SENI SASTRA

Melihat video yang diproduksi oleh Suhardi Wiranata (selanjutnya Wira) beserta rekan-rekannya, saya menemukan hal menarik yang patut untuk diperbincangkan. Ada tiga video yang disuguhkan; 1) “Mirror at Night”, 2) “Semprul Production”, dan 3) “Kulo Ngamen”. Durasi setiap video berkisar lima menit dengan tema yang berbeda-beda.
(1)
“Mirror at Night” memvisualisasikan mitos[1] tentang larangan bercermin pada waktu malam hari. Transformasi dari sastra lisan menjadi sebuah sajian audio-visual
Share:

Selasa, 16 September 2014

ESAI "LIMA KODE"



Lima Kode dalam Cerpen Perempuan Pemuja karya Anggita Ryandika Rusman
Pendekatan  Semiotika-Roland Bharthes
Setelah saya membaca cerpen karya Anggita Ryandika Rusman, langkah awal yang saya lakukan adalah mencari rumusan masalah. Sebenarnya,  untuk membedah suatu teks (objek) dapat dilakukan dengan dua jalan, yang pertama membaca teks yang akan dikaji kemudian mencari teori yang tepat untuk membedah, yang kedua membaca teori kemudian mencari teks yang tepat. Dalam hal ini saya memilih jalan yang pertama untuk mencukil apa yang terdapat dalam cerpen “Perempuan Pemuja”dari kaca mata Semiotik Roland Barthes.
Share:

Sabtu, 31 Mei 2014

ESAI "UNDERWEAR"



Membedah Puisi Mas Ari
Puisi sebagai dalam karya satra dapat kita pahami melalui struktur dan makna yang terkandung di dalamnya. Struktur dalam puisi itu memiliki keterkaitan unsur-unsur, bukan hanya kumpulan hal-hal yang berdiri sendiri. Sedangkan memahami puisi melalui makna kita harus dapat mengungkap pesan yang tersembunyi dalam teks.
Share:

ESAI "DONGENG PENGANTAR TIDUR"



(Sajak “Igatan”)


Membaca puisi Angga Trio Sanjaya (selanjutnya: Angga) saya seperti seorang anak yang sedang dininabobokan.Puisi angga seperti story telling, hanya bercerita tentang suatu peristiwa atau kejadian yang pernah dialami oleh “aku lirik”, atau mungkin juga dialami oleh penulis sendiri. Kita sebagai pembaca tidak tahu apakah itu merupakan suatu pengalaman pribadi yang diungkapkan dalam bentuk puisi atau sekedar unek-unek yang dituliskan, hanya Tuhan dan penulis yang tahu.
Secara umum, puisi
Share:

ESAI "TELAAH PUISI MALAM KELABU KARYA ADENG"

Secara pribadi menurut saya pengertian puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyair yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna. Pembuat puisi atau penyair tidak sembarangan dalam membuat karyanya tersebut. Puisi yang dibuat oleh para penyair biasanya terkesan indah. Namun mereka juga membuat puisi dengan gaya bahasa yang susah dimengerti.
Walaupun susah dipahami tapi ada arti puisi yang tersimpan didalamnya
Share:

ESAI "SIMBOL KAKI DALAM SAJAK MARI KITA BICARA KARYA SULE SUBAWEH"




Dalam sajak mari kita bicara karya Sule Subaweh saya lebih tertarik membahas simbol kaki yang digunakan penyair. Dilihat dari sudut pandang perspektif saya, sajak tersebut memang menarik untuk dikaji. Mungkin karena keterbatasan saya dalam meneroka dan mencoba menafsirkan yang dalam perjalanannya mengalami kendala yang berarti, saya juga tidak berusaha menutup mata dan telinga yang muaranya berkorelasi dengan kapabilitas
Share:

ESAI "MARI KITA BICARA SAMPAI KABUT"



Mari Kita Bicara Sampai Kabut
Catatan Ngebut Iqbal H. Saputra atas Puisi SuleSubaweh

            Monggo, Mlebet.
            Setidaknya, puisi adalah bagian dari seorang yang menuliskannya. Kapan-pun dan tentang apa-pun yang dtuliskan, minimal, adalah apa yang ia rekam, ia rasakan, kemudian muncrat dalam puisi yang dituliskan! Apa yang tertulis, beberapa sampai pada pembaca. Sisanya, hanya ia dan tuhan yang tahu. Itu pun kalau tuhan tahu, karena susah juga mengonfirmasinya. Karena memang bahasa puisi itu intim, dan tak sedikit yang hibuk-masyuk
Share:

ESAI "MEMBACA PUISI LIRIS FOKUS ANALISIS SAJAK KABUT"



MEMBACA PUISI SULE SUBAWEH
(TANGGAPAN TERHADAP CATATAN IQBAL H. SAPUTRA)

            Membaca catatan Iqbal H Saputra (selanjutnya: Iqbal) terhadap puisi Sule Subaweh (selanjutnya: SS) (khusus sajak “Kabut”), saya merasakan ketegangan, kecemasan, dan kekhawatiran secara bersamaan-bahkan berulang-ulang. Mengapa tidak, ada tarik menarik dalam hati terhadap analisa Iqbal pada puisi SS. Saya katakan tegang juga cemas, karena apa yang dikatakan Iqbal—dalam hati saya—cenderung sekedar meng-iyakan, namun sekaligus juga ada keinginan untuk melawannya. Menurut saya, di beberapa bagian analisa Iqbal nampak kuat, tapi di lain bagian analisanya masih begitu samar
Share:

ESAI "PUISI YANG SULIT DITERJEMAHKAN"



MEMBAHAS PUISI CAHAYA TUBUH KARYA WIDI PRASETYO

Puisi adalah seni berbahasa. Tetapi belakangan ini yang muncul adalah bukan lagi tentang (hanya) seni memainkan bahasa, melainkan bagaimana puisi sampai kepada pembaca tetapi tetap membawa pesan di dalamnya melalui bahasa yang tidak rumit dan enak untuk dibaca. Apakah puisi yang rumit tidak bisa menyampaikan makna? Bisa saja, tetapi pembaca-pembaca awam yang belum mengerti puisi bisa saja kebingungan dan sulit menerjemahkan puisi
Share:

ESAI "JERUK YA JERUK"



Pembacaan Terhadap Sajak Sampai Karya Iqbal H. Saputra

Setelah membaca, dan membaca sajak Iqbal H. Saputra (untuk seterusnya Iqbal), awalnya saya ingin melakukan pembacaan heuristik dan hermeneutik seperti yang dikemukakan Riffaterre dalam strukturalisme-semiotiknya (Pradopo, 2012:281). Namun, beberapa hari ini (setelah sajak diunggah) saya kebingungan. Saya bolak-balik, baca kemudian diam, lalu serasa belum menemukan apa-apa. Tapi setelah saya coba berdiskusi dengan teman sejawat,
Share:

Selasa, 27 Mei 2014

Jejak Imaji


Inilah jejak yang sisanya takkan terhapus
inilah jejak yang merobek kebuntuan
inilah jejak yang menerobos kesombongan
yang pongah
yang tak pernah selesai dalam Imaji

27 Mei 2014 Sampangan
Share: